April 21, 2011

Kartini Tetaplah Kartini, Kini Nanti Selamanya

Peran wanita kini tak sebatas menjadi ibu rumah tangga saja, kini wanita bebas memilih profesi atas dirinya, mulai dari anggota DPR (wakil rakyat), prajurit TNI, hingga Tenaga Kerja Wanita. Kartini tidak menyangka bahwa cita-citanya kini menjadi kenyataan, wanita kini bisa memilih profesi setara profesi para kaum adam.

Namun ada kisah pilu yang dialami kartini Indonesia yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Mereka acap kali mendapat perlakuan yang tak pantas diterima sebagai manusia. Pukulan, pencabulan, tusukan, hinaan, cemoohan merupakan hadiah termanis yang paling sering mereka terima dari majikannya.

Sumiati merupakan salah satu dari sekian banyak kartini Indonesia yang mendapat perlakuan kejam dari sang majikan saat bekerja di Madinah, Arab Saudi. Bibirnya dipotong dengan gunting, dan sekujur tubuhnya penuh dengan luka.


Sebuah pekerjaan untuk hidup yang tak mudah, nyawa adalah taruhannya. Rasanya perhatian pemerintah terhadap kartini "pahlawan devisa" ini sangat minim. Perlindungan pemerintah di luar negeri sangatlah terbatas. Lagi-lagi terbentur masalah hukum dan peraturan yang ada di tempat para TKW bekerja.

Sebelum berangkat dan bekerja di luar negeri, mereka mempunyai satu harapan besar, yakni ingin mengadu nasib berharap mendapatkan gaji lebih dan memakmurkan keluarga mereka masing-masing. Sadar ataupun tidak sadar, mereka merupakan kartini penyumbang terbesar atas pembangunan negeri ini. Semoga pemerintah lebih memperhatikan para TKW jangan sampai kejadian seperti Sumiati terulang kembali.

Diana (Dok. Eddy SS.Net)
Di Surabaya, sosok kartini ditemui pada diri Anita Vidiana, tukang becak wanita yang biasa mangkal di jalan Bintoro. Diana adalah seorang wanita yang dilahirkan di Kota Papua, mempunyai 3 orang anak. Satu anaknya terlahir normal, namun 2 anaknya yang lain mengalami kembar siam saat dilahirkan.

Kepepet merupakan alasan utama kenapa Diana memilih pekerjaan ini. ”Saya mbecak untuk menghidupi diri saya dan 3 anak saya,” kata Diana kepada salah satu wartawan media online di Surabaya. Semangat Kartini pada Diana mungkin tidak tampak pada dirinya, namun sudah ia lakukan sejak bertahun-tahun lamanya.

Hmmm,, Kartini memang wanita jaman dahulu, tapi semangatnya selalu membara sampai kapanpun. Dibalik jiwa feminim, terdapat semangat pantang menyerah dan tak mau kalah dengan para lelaki.

Selamat hari kartini, kawan..

3 comments:

  1. Saya lihat semalam di acaranya dedy corbuzer, wanita tangguh yang menghidupi keluarganya di tengah kerasnya kota Surabaya.

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

    ReplyDelete
  2. Hmmm dalam Islam pun, para perempuan sudah dinaikan derajatnya, sebelum R.A Kartini :)

    ReplyDelete
  3. itu hanya episode buruk,Mas..
    yang episode bahagia kan ada??
    banyak pula.. :)

    Salam Satu Spirit
    "Putri JRs"

    ReplyDelete